Hikmah dari KH. Nuruddin Munawwar
KALAU kita analisa liku-liku kehidupan saat ini, kita menjadi sedih dibuatnya. Kesimpulan dari analisa itu adalah banyak sekali orang-orang yang sudah berkurang nilai akidah dan keyakinanya. Akidahnya menjadi lemah atau menjadi berkurang. Padahal bila kita tengok sejarah, pertama kali yang disampaikan oleh Rasululah saw sewaktu beliau diutus 40 tahun bukan sholat dan haji, melainkan selama 12 tahun di Mekkah sebelum Isro Mi’raj adalah tentang keimana yang ditanamkan.
Dalam sebuah hadis kudsi Allah berfirman: “bagrangsiapa yang menemuiku nanti dan mencitaiku aku masukkan dalam surga ku. Barangsiapa yang nanti berjumpa dengaku dia malu kepadaku karena banyaknya nikmat dan sedikitnya ibadah, karena banyaknya kasih saying Allah tapi sedikit pengabdian kepadaNya kemudian orang ini merasa malu, maka aku bikin Malaikat Atid lupa dari semua catatan-catatn dosanya. Siapa orang yang menjumpaiku takut kepadaku aku selamatkan dari nearakaku.
Saya yakin para guru agama (kyai) yang rela mengorbankan waktunya untuk mengajar para santri dan benarkah mengajarkan untuk malu, takut dan berharap kepada Allah? Jika benar, mudah-mudahan kita sesuai dengan janji Allah dari ujung tidak ada ketinggalan satupun. Ada 40 orang tidak? Jika ada berarti ada kekasih allah. Kira2 siapa, yang mengaku berarti bukan. Itu dikabul oleh Allah.
Jadi kita yakin Mudah2 kita sesuai dengan janji Allah dalam acara tawaquaf ini akan diampuni dosawnya. Yakin kan? Ana indallahi abdii bih.
Hadirin sekalian, bagi yang yakin bila konghucu bisa memberikan berkah, kata Allah, aku kasih berkah itu cuma ia salah kenapa yakiknnya kepada konghucu. Dia yakin kepada Yesus memberikan berkah, maka akan Aku kasih berkah itu. Betapa semua kita yakin tidak ada Tuhan keculai Allah dan yakin Allah dengana rahmatnya akan masukkan kita dengan amaliah-amaliah ini, mudah-mudahan kita masuk surga. Yakin enggak? Kayanya tidak… sebab bilang yakin saja susah…
Memang Cuma syurga yang kita cari, nah kalau syurga saja yang mahal kita dapatkan apa lagi dunia.
Mari kita lihat ilustrasi berikut ini.
Kalau kita lihat setiap hari orang yang mau kerja banyak banget seperti laron, mobil begitu sibuk kereta sibuk sampai pesawat juga sibuk, tidak ada yang tidak sibuk di Jakarta. Kita lalu bertanya: “ngapain orang sesibuk itu?”
Coba kita jawab! Semua dalam rangka mencari kebenaran dari janji-janjinya. Dia bekerja misalnya di Pertamina, karena dijanjikan dengan gaji sebesar Rp. 15 juta sebulan. Kemudian dia yakin maka dia datang bekerja dengan semangat tinggi. Dia memiliki kios di Pasar Senen karena modal itu menjadjikan, akan memperoleh keuntungan besar. Dia menjadi pimpinan masyarakat atau menjadi penyelenggara negara (negawaran), politisi semuanya dia maui, itu tidak lain karena di dalamnya juga ada janji. Semua karena janji. Itu bener dan itu tidak salah, tapi tolong mari tingkatkan lebih peduli lagi untuk lebih kuat bernaji kepada Allah swt.
Allah berfirman: “Innallah laa yuhliful mi’add… ” Sesungguhnya Allah tidaklah ingkar Janji. Namuun sesungguhnya manusia kadang ingkar janji. Dulu kita bilang pada isteri “I love you”, atau “you belong to me” .. tapi dalam perjalanan banyak yang bercerai, bermusuhan karena itu masnusia dan manusia itu adalah alam. Dalam istilah, Al alamu taghoyyur, alam itu berubah. Dalam politik juga begitu. Misalnya, janji Golkar kadang tidak tepat, janji PPP kadang tidak tepat, janji PKB juga tidak ditepati tapi ya ada tepatnya lah.. tapi yang paling tepat dari semua janji itu adalah janji Allah sebagaimana firman di atas.
Alasan tidak yakin
Kenapa orang tidak yakin dengan janji Allah. Ini yang disebut pengkerdilan akidah dimana manusia tidak yakin janji Allah. Terbukti jika ada hal-hal yang terdapat janji Allah itu, malah kita ramai-ramai meninggalkannya. Misalnya: ada janji Allah: “dua rokaat tahajut lebih baik dari dunia dan seisinya. “ (hadits) masihkah sekarang orang-orang muslim gemar melaksanakan tahajud? Lah yang ngajinya saja kadang-kadang mengerjakan bgaimana yang tidak ngaji.
Tapi coba deh kalau janji itu diubah kata-katanya: bangunlah malam hari karena di sana ada duit dua juta! Bangun tidak kira-kira nanti? (jamaah menjawab iyaaa dengan tertawa) Tapi coba kalau bangun karena shalat malam-malam, tidak jarang yang bekata: “ah uh.”
Disinilah titik masalahnya, jika kita tidak yakin maka enggak bakalan bangun. Satu malam saya kedatangan tamu jam 2 malam dengan mobil yang diparkir di depan pintu, terdengar jelas dari kamar saya. Lalu saya bangunkan isteri saya, tapi isteri tidak mau bangun “ah bapak saja lah”. Kemudian ternyata benar setelah saya cek tamu itu adalah teman saya yang membawa kursi lemari hadiah buat saya. Begitu tamu yang kukenal itu datang dengan membawa hadiah, buru-buru saya bilang pada isteri:
“bu yang datang itu membawa lemari dan kursi buat kita.” ” Oh yaa?” dengan mata tidak sayu lagi. Lalu isteri saya bilang: ‘mau bikin kopi tah kang?”
‘Alamatil iman billahi walyaumil akhir, (alhadits) Tanda iman seseorang kepada Allah dan hari akhir adalah kita menghormati tamu… mau jam dua kek dan satu kek mari kita hormati, kenapa? karena kita ingat hadits nabi:
“Idza dakholal duyuf dakhola birizkihi, waidza khoroja,khoroja bimaghfiroti dunubihi” Kalau tamu datang sudah ada rizki kita milik tamu itu, dan kalau tamu itu pulang, maka akan membawa rezeki, sekaligus saat tamu itu pulang, maka terbawalah dosa kita bersama tamu itu dan terbuang di jalanan dengan sendirinya.
Karena itu sangat tepat sekali jika tamu datang langsung keluarkan rizki anda, dan tanda orang beriman kepada hari akhir, maka hormati Allah namun sekali lagi karena tidak yakin dengan janji Allah, maka akhirnya banyak yang tidak menghormati tamu. Silahkan rasakan sendiri kasus-kasus bagaimana sikap kita dalam menghadapi tamu.
———————-
Sumber: dari hasil mengikuti ceramah KH. Drs. Nuruddin Munawwar pada pengajian Jamaah Thareqah Qadiriyah Wannaqsabandiyah (TQN) di RT.03/03 Kel. Kwitang, Jakarta Pusat, beberapa hari yang lalu.
KH. Nurruddin Munawwar adalah Pimpinan Pondok Pesantren “TAPAK SUNAN”, Condet Balekambang, Jakarta Timur. Beliau adalah Keluarga Kyai Buntet Pesantren dan bermukim di Jakarta. Kini di samping mengelola pesantren, di pesantren TAPAK SUNAN itu juga terdapat sekolah Tsanawiyah.
Selain KH. Nuruddin Munawwar, pernah juga tampil pada setiap tahun tawaquf di majlis TQN Kwitang ini adalah KH. Manarul Hidayah, Ust. Ali Syafi’i, KH. Drs. Ahmad Jauhari, semuanya adalah alumni Buntet Pesantren. (Kurt)
waduuuuh, sudah mempertuhankan surga y?
ingat mas pencipta surga itu siapa? kalau anda saja sudah memiliki
isteri lalu istri anda hanya menginginkan uang or harta anda bagaimana
perasaaan anda kalau tahu itu?
Yang jadi masalah ini bukan anda tapi Allah SWT loooh yang anda
permainkan…. dengan berfokus pada surga
kenapa anda ingin surga? pasti karena enaknya khan tapi kita gak mau
neraka karena tidak enak khan?
coba bayangkan kalau neraka didinginkan lalu surga dibakar, pasti
pilihan anda akan neraka khan?
coba bayangkan ketulusan anda apabila surga dan neraka itu gak ada? apa
masih bisa anda mencantumkan judul seperti diatas?????????????
Judul sih oke, tapi isi dari artikelnya harus dipertanyakan…….
sipz